
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari pembangunan nasional dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Progam pemberantasan penyakit menular mempunyai peranan dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian, termasuk tuberculosis paru (TB) tujuan tersebut dapat dicapai dengan penerapan teknologi kesehatan secara tepat oleh petugas kesehatan yang didukung peran serta aktif masyarakat (Depkes RI, 2001: 7).
TB Paru sudah dikenal sejak dulu kala. Penyakit ini disebabkan oleh kuman “Mycobacterium tuberculosis”. Kuman ini pada umumnya menyerang paru-paru dan sebagian lagi menyerang luar paru-paru, seperti kelenjar getah bening (kelenjar), kulit, usus/saluran pencernaan, selaput otak, dan sebagainya (Depkes RI, 2001: 7).
TB paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru yang disebabkan oleh mycobacterium tuberkolosis. Penyakit ini dapat juga menyebar ke bagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe (Somantri, 2008: 59).
Penularan atau tranmisi biasa terjadi lewat udara, pada saat batuk, bersin, berteriak dan cara-cara lain yang mengakibatkan sputum penderita yang mengandung basil mycobacterium tuberculosis berada di udara (Somantri, 2008: 59).
Penyakit TB menyerang sebagian besar kelompok usia produktif, yang merupakan sumber daya manusia yang penting dalam pembangunan bangsa. Selain itu juga menyerang kelompok masyarakat ekonomi lemah dan berpendidikan rendah (Depkes RI, 2001: 7).
Penyakit TB masih menjadi masalah kesehatan di dunia terutama negara-negara yang sedang berkembang. WHO 1997 memperkirakan 95% penderita berada di negara yang sedang berkembang, sekitar 75% penderita adalah kelompok usia produktif. Tahun 1999, WHO memperkirakan setiap tahun terjadi 583.000 kasus baru. Setiap tahunnya diperkirakan setiap 100.000 penduduk indonesia terdapat 130 penderita TB paru positif (Depkes RI, 2001: 7).
Secara umum meningkatnya masalah TB dunia disebabkan oleh keadaan seperti kemiskinan diberbagai negara, malnutrisi, kondisi perumahan yang kumuh, tidak cukupnya fasilitas kesehatan, terlambatnya atau kurangnya biaya program TB. Dalam kasus penyakit TB paru, Indonesia menjadi Negara yang menempati urutan ke-3 di dunia setelah India dan cina dengan 485 ribu kasus di Indonesia setiap tahunnya. demikian salah satu penjelasan dr.Yasrizal Jasir,SpA, salah seorang pembicara dalam seminar TB paru di Aula Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah pada sabtu (6/6/2008) selanjutnya beliau mengatakan, TB paru masih menjadi salah satu penyakit yang tinggi dan dapat mengakibatkan kematian diseluruh dunia. berdasarkan data epidemologi TB paru, 2 milyar penduduk dunia terinfeksi mycobacterium tuberculosis dengan angka tertinggi di Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Bahkan, delapan juta kasus baru setiap tahunnya dengan sekitar 3 juta kematian/tahun (Yetti, 2009).
Kegiatan penanggulangan penyakit TB dengan dasar-dasar strategi modern di indonesia telah dimulai sejak diadakannya lokakarya Nasional di Ciloto pada tahun 1969. Penaggulangan TB sudah dapat dilakukan di Puskesmas namun hingga saat ini belum menggembirakan, meskipun hasil pencapaian target cakupan program sudah baik namun pencapaiannya masih dibawah target nasional serta belum merata diseluruh Puskesmas dan Rumah sakit. Saat ini pemerintah telah membuat suatu program pengobatan TB paru yang disebut sebagai strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse). DOTS terdiri dari 5 komponen yaitu; adanya komitmen politik, diapnosis dengan mikroskopik, pengobatan dengan obat jangka pendek dengan pengawasan menelan obat (PMO), jaminan ketersediaan obat serta sistem pencatatan dan pelaporan yang baik dan seragam. Penanggulangan TB dengan strategi DOTS dapat memberikan angka kesembuhan yang lebih tinggi (Yetti, 2009).
Berdasarkan data dari Dinas kesehatan P2M Kota Jambi angka penemuan kasus baru penderita TB paru di Kota Jambi dari Tahun 2007 sampai dengan 2009 mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2007 jumlah penderita sebanyak 53,63%, tahun 2008 sebanyak 53,67% dan pada tahun 2009 sebanyak 61,6% (Dinkes P2M kota jambi).
Bila ditelaah dari 20 Puskesmas yang berada di kota Jambi cakupan terbanyak penderita TB paru terdapat di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi dengan jumlah penderita sebanyak 53 Orang (89,8%).
Kemajuan bidang farmakologi telah memungkinkan untuk membuat tablet kombinasi yang terdiri dari beberapa macam OAT (Obat anti tuberculosis). Dalam rangka menunjang strategi DOTS digunakan obat anti tuberculosis (OAT) kombinasi. OAT sering juga disebut FDC (Fixed Dose Combination) adalah tablet yang berisi kombinasi beberapa jenis obat anti TB dengan dosis tetap. Namun demikian, seperti pada obat tunggal, untuk menjamin kualitas obat pemantauan mutu dari FDC harus tetap dilaksanakan secara berkala. Dengan keuntungan tersebut diatas, maka WHO merekomendasikan program penanggulangan TB dengan DOTS. Diharapkan target yang telah ditetapkan dapat dicapai pada waktunya (Irman, 2008).
Saat ini pemerintah telah menyediakan obat yang efektif untuk membunuh kuman TB dalam waktu yang relatif singkat sekitar 6 bulan secara cuma-cuma. Walaupun obat yang digunakan adalah obat yang paling baik, tetapi bila penderita tidak berobat dan minum obat dengan teratur atau tidak memenuhi jangka pengobatan dan aturan dosis yang ditetapkan umumnya hasil pengobatan akan mengecewakan (Irman, 2008).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertari untuk melakukan penelitian tentang ”Gambaran Pengetahuan dan Motivasi Penderita TB paru tentang Kepatuhan Mengkonsumsi OAT di Wilayah Kerja Puskesmas Putri Ayu Tahun 2010”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Gambaran Pengetahuan dan Motivasi Penderita TB Paru Tentang Kepatuhan Mengkonsumsi OAT di Wilayah Kerja Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi Tahun 2010 ?
C. TUJUAN PENELITIAN
- Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan dan Motivasi Penderita TB Paru tentang Kepatuhan Mengkonsumsi OAT di Wilayah Kerja Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi Tahun 2010.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya Gambaran Pengetahuan dan Motivasi Penderita TB Paru Tentang Kepatuhan Mengkonsumsi OAT di Wilayah Kerja Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi Tahun 2010.
b. Diketahuinya Gambaran Kepatuhan Penderita TB Paru Tentang Mengkonsumsi OAT di Wilayah Kerja Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi Tahun 2010.
c. Diketahuinya Motivasi Penderita TB Paru Untuk Patuh Mengkonsumsi OAT di Wilayah Kerja Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi Tahun 2010.
D. MANFAAT PENELITIAN
- Bagi Dinas Kesehatan Kota Jambi
Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai masukan untuk pertimbangan dalam perencanaan , pengembangan, penilaian, serta penentuan kebijakan program P2M khususnya tentang penyakit TB dimasa yang akan datang.
- Bagi Puskesmas
Diharapkan menjadi informasi bagi pengelolaan program (P2M) di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi pencegahan penyakit TB dan program penyuluhan Kesehatan masyarakat Jambi.
- Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini dapat menambah wawasan mahasiswa dan Pengetahuan dalam institusi Pendidikan dan serta dapat menjadi acuan belajar bagi para mahasiswa/i.
- Bagi Peneliti
Untuk menambah Pengetahuan dan Wawasan Peneliti dalam melaksanakan suatu penelitian.
E.RUANG LINGKUP PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan Pengetahuan dan Motivasi Penderita TB Tentang Kepatuhan Mengkonsumsi OAT di Wilayah Kerja Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi Tahun 2010. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, teknik analisa data yang digunakan adalah analisis univariat, dan sampel yang digunakan adalah teknik Simple Non Random Sampling dengan teknik Total Sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner kepada Penderita TB paru, yang akan dilaksanakan pada bulan Maret – Juli 2010.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar